Senin, 21 Desember 2015

Analisis Sosiologis Kaum Yang Termarjinalakan Oleh Hukum Dan Masyarakat



SOSIOLOGI HUKUM
PEMARJINALAN KAUM WARIA

Dalam kehidupan alami masyarakat telah mengalami perkembangan yang luar biasa pesat dalam berbagai sisinya. Berbagai dampak positif dan negatif berbaur dalam berbagai pujian dan kontroversi. Pengetahuan dan penyimpangannya menjadi bagian yang seolah tidak dapat dipisahkan. Salah satunya dalam masalah seksual istilah waria ( wanita pria ) menjadi bagian penting yang menjadi sorotan dan menyatu dalam masyarakat. Berbagai pendapat dan pandangan negatif terhadap perkembangan waria dimanapun kaum ini berada. Sisi kehidupannya yang sarat akan kontroversi terkadang membuat kaum waria tersisih.

Kemiskinan, pengangguran dan keanehan pola perilaku manusia khususnya (Waria) muncul sebagai wajah kusam dunia ini, akibat dari kemodernisasi dalam sosial masyarakat serta industrialisasi masyarakat urban. Setelah munculnya konsep Demokrasi (kebebasan dan persamaan hak dan kewajiban), mengakibatkan tindakan yang sewenang-wenang diantara sesama manusia khususnya dari kaum yang kuasa dengan yang dikuasai, orang kaya dengan yang miskin dan orang tradisional dengan modern. Dalam artikel kali ini akan dibahas mengenai kaum Waria yang mengalami kesenjangan sosial, perubahan pola perilaku dan termarjinalkan oleh hukum. 

Waria (Banci) mereka juga sama seperti kita, sama-sama manusianya, punya akal dan punya hati, tetapi perbedaanya (waria) adalah orang-orang yang mengalami perubahan kejiwaan dan mengalami kesenjangan sosial dalam masyarakat. Masalah yang kemudian muncul adalah kesenjangan sosial yang diterima seorang waria itu, mereka cenderung dipandang tidak normal dalam masyarakat. Tanpa melihat bahwa seorang waria itu juga menpunyai hati dan perasaan, mereka selalu dijauhi, mendapat cemooh (langsung maupun tidak langsung) dan dipandang aneh. Banyak orang yang menjauhi, dan mencemoohnya dikarenakan mereka takut di goda dan dijahili, padahal dalam kenyataanya tidak seperti itu. Justru merekalah (waria) yang mendapat kejahilan dan godaan tersebut, jikapun ada dari waria yang sampe menggoda atau menjahili itupun karena mereka marah karena di jahili “dihina” mangkanya mereka itu ganti membalasnya dengan cara mereka. Akan tetapi jika ditelusuri lebih mendalam mereka itu melakukan atau merubah gaya dan pola hidupnya biasanya karena depresi.

Seperti halnya seorang waria yang menjadi narasumber saya. Dia yang bernama Syerly dalam dunia kewariaannya / nama panggungnya . dia pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan itu pada saat dia kecopetan di dalam bus saat menuju ke terminal gayatri TULUNGAGUNG. Pada saat itu dia langsung mengambil tindakan dengan melaporkan ke petugas terminal. Tetapi bukannya mendapat tanggapan yang ramah dia malah mendapat tanggapan yang kurang menyenangkan baginya. Pada saat dia melaporkan kasusnya petugasnya bukannya langsung menaggapi laporanya tetapi petugasnya malah saling melemparkan tugas untuk menanggapi kejadian tersebut. Bukan hanya itu setelah ada petugas yang menanggapi kasusnya petugas tersebut malah sengaja menggoda nya.

Tidak hanya dalam kasus tersebut banyak juga kejadian yang sangat tidak menyenangkan dirinya seperti halnya pada saat dia melamar kerjaan, banyak sekali yang menolak. Bukan hanya banyak yang menolak bahkan hampir semua tidak mau menerimanya sebagai karyawannya. Sehingga dia memutuskan menjadi tukang pijat dan pemuas nafsu. Berhubung dia tidak mempunyai kendaraan pribadi dia kemena-mana selalu menggunakan kendaraan angkutan umum. Dan disitu juga dia sering mendapatkan perlakuan yang tidak nyaman oleh crew angkutan umum tersebut.

Akan tetapi hal seperti itu tidak untuk ditiru karena hal itu juga menyalahi aturan personal dari tuhan dan kita sebagai orang yang hidup dengan atau bersampingan dengan mereka tanamkanlah sifat menghargai dan jangan menjahuinya. Karena mereka butuh perhatian khusus dan nasihat-nasihat rohani dari kita, siapa tahu setelah mereka mendapat nasihat-nasihat mereka mau merubah diri.

Jika dilihat dari konsep kebebasan  mereka hanya mendapat kebebasan antara teman-teman warianya (berdikari) dan sedikit sekali mereka mendapat kebebasan dalam masyarakat dan hukum. Mereka cenderung tidak mendapatkan hak-haknya dalam masyarakat dan hukum, contonya jika ada kegiatan-kegiatan sosial  mereka kaum waria sering tidak diikut sertakan hanya karena memiliki pola perilaku yang berbeda. Dalam hukum juga sama mereka juga tidak mendapatkan hak-haknya yang sah dan legal secara hukum, umpamanya mereka tidak mendapatkan perlindungan hukum yang sama seperti individu-individu lain dalam hal mereka juga butuh ketenangan dan kenyamanan dalam hidup bermasyarakat dan sosial yang terlindungi oleh hukum yang sah (mendapatkan legalitas hukum) khususnya dari segi ekonomi. Mereka cenderung sulit mendapatkan pekerjaan karena status warianya tersebut, yang dimana pekerjaan sangat dibutuhkanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya (perekonomian individu dalam jangka panjang).

Itulah sedikit cerita mengenai kaum waria yang mendapat perbedaan hak dan kewajiban dalam hal sosial masyarakat dan perlindungan hukum untuk pemenuhan kepentingan dan kebutuhan sehari-harinya. Mereka selalu dianggap tidak ada gunanya baik dari tingkat keluarga dan masayarakat luas pada umumnya dan sangat jelas bahwa mereka termajinalkan dalam berbagai aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, agama dan Negara. Jalan keluar agar terciptanya keselarasan dan keseimbangan adalah dengan cara jangan menjahuinya dan jangan memandang rendahan kaum waria dan selau mengikut sertakan kaum waria dalam berbagai hal.

Artikel ini saya buat untuk memenuhi tugas kuliah dalam mata kuliah Sosiologi Hukum. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan artikel ini jauh dari sempurna. Baik dari segi penyusunan , Bahasa ataupun penulisannya. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.